Sektor Pariwisata Indonesia, Diantara Pilihan Bertahan Atau Gulung Tikar

Jakarta, 25 April 2022– Sudah dua tahun pandemi Covid-19 berlangsung di seluruh belahan bumi. Pandemi ini berdampak terhadap semua sektor industri di Indonesia bahkan dunia, termasuk industri pariwisata. Dampak covid-19 terhadap pariwisata sangat terasa karena industri pariwisata di Indonesia mempunyai keterkaitan dengan industri yang lain yaitu perhotelan, tranportasi, usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), biro perjalanan wisata dan pemandu wisata. Pemerintah membatasi pergerakan badan usaha dan memperketat segala bentuk usaha untuk memperkecil penyebaran covid-19. Pelaku usaha pariwisata yang tidak mampu bertahan dengan terpaan dampak pandemi bisa mengalami tutup produksi bahkan terancam gulung tikar. Para pelaku usaha pariwisata harus bisa bersifat adaptif terhadap perubahan yang ada. Untuk itu diperlukan langkah-langkah strategis dalam menyelamatkan sector pariwisata yang merupakan salah satu sector utama penggerak perekonomian bangsa.

Pelaku usaha pariwisata sebisa mungkin menerapkan manajemen strategi transformasi pengelolaan pariwisata. Seperti halnya pengelola manajemen Taman Mini Indonesia Indah (TMII) mengubah bentuk pengelolaannya agar lebih dapat beradaptasi dengan kondisi yang ada melalui bentuk pemasaran digitalisasi. Dalam meningkatkan literasi digital didalam tubuh manajemen, TMII menggandeng Binus University untuk dapat meningkatkan kapabilitas karyawan dan pengelola TMII melalui seminar dan pelatihan customer service excellent di era digital serta standar mutu organisasi pariwisata. Pelatihan yang berlangsung dari tanggal 25-26 April 2022 menitikberatkan pada pelatihan tata cara pelayanan prima dan pelatihan terkait manajemen pariwisata yang dibawakan oleh dosen-dosen Binus University dari jurusan Hotel Management dan Marketing.

Menurut Gusti Putu Ngurah Sedana, Direktur Eksekutif TMII “Kerjasama seperti ini harusnya tetap dipertahankan karena ke depannya (dalam menghadapi pandemi) kita tetap membutuhkan dukungan dari semua pihak termasuk dari institusi pendidikan seperti Binus University terkait model digitalisasi pada manajemen maupun karyawan sehingga dapat menerapkan digitalisasi di TMII”. Selain itu, untuk dapat bertahan pada pandemi, Manjemen TMII berusaha untuk selalu memperbaiki diri dengan menerapkan pelayana prima kepada wisatawan yang datang serta komunikasi antar budaya  kepada para stakeholder terkait.

Dengan rencana pemulihan yang strategis dan tepat sasaran, diharapkan para pelaku usaha pariwisata bisa saling berkordinasi untuk dapat menuju transformasi yang berdaya saing dan berkelanjutan. (PUTI)